Daun Salam Dapat Berjalan Menggemparkan Penduduk Jawa Barat

Ditulis Oleh Hendy Koeswara
Tuesday, 11 August 2009

Daun Salam Ajaib
Tepatnya Kamis pagi tanggal 14 Mei 2009, penduduk di Jawa Barat (Jabar) khususnya yang tinggal di Kabupaten Indramayu, digemparkan atas munculnya fenomena alam sangat fantastic. Sehelai daun salam, secara menakjubkan mampu berjalan, tepatnya merayap layaknya seekor belalang. Tingkah daun yang biasa untuk campuran bumbu penyedap ini ditanggapi sebagian warga yang menjejali rumah Ny. Jueriyah (64) dengan senyum geli, sebagian penonton lainnya berdecak kagum serta sebagian lainnya lagi dibuat terheran-heran.
Tidak pelak lagi, sugestipun langsung bertunas, layaknya peristiwa yang mengawali popularitas Ponarih seorang bocah yang mendadak digelari dukun cilik dari Jawa Timur itu. Tidak jelas si pencetus idenya, daun salam itupun direndamkan ke dalam air PDAM (mentah) sebanyak satu pasu, tetapi bukan untuk dimasak, melainkan semata-mata untuk ikhtiar.
Air rendaman daun salam itupun jadi rebutan. Penduduk yang sudah tersugesti, serta merta beli botol plastik minuman mineral. Air mineral dibuang atau diminum lalu diisi dengan air dari dalam pasu yang sudah direndami daun salam. Sebelum meninggalkan lokasi, mereka secara sukarela memasukkan lembaran uang kertas ataupun uang logam ke dalam toples besar yang sengaja disediakan Jueriyah di dekat pintu keluar. Hanya dalam hitungan menit, toples itupun sudah tidak sanggup lagi menampung uang kertas dan uang logam pemberian warga.
Peristiwa yang menggemparkan penduduk di Kecamatan Widasari, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Jabar) itu mendadak menjadi buah bibir sehingga, cukup menggunakan "iklan" dari mulut ke mulut, pendudukpun datang secara berbondong-bondong. Mereka datang dari lingkungan sekitar bahkan hingga dari berbagai penjuru Jabar. Karena tingkahnya yang dapat merayap di dasar toples, tak sungkan-sungkan pendudukpun menyebutnya sebagai daun salam "ajaib", lantaran sangat tidak lumrah.
Daun salam ajaib itu sekilas menyerupai bentuk belalang kantung atau biasa disebut walang cantung berwarna hijau, hal itu jika menilik dari bentuknya terutama pada tangkai daun di sisi kiri-kanannya terdapat helai gerigi daun mirip sirip atau tepatnya mirip kaki belalang. Pada masing-masing sisinya itu terdapat tiga gerigi, sehingga seluruhnya sebanyak enam buah "kaki".
Khabar yang begitu cepat menyebar, tak luput menggugah minat "Misteri" untuk melakukan investigasi langsung ke lokasi. Setibanya di lokasi sekitar pukul 15.00 WIB, dan rumah sederhana milik Jueriyah itupun nyaris tidak sanggup menampungnya. Terpaksa, mereka yang ingin mendapatkan air "keramat" atau yang hanya ingin menyaksikan tingkah daun salam ajaib, mesti rela antri di halaman rumah.
Keberadaan daun salam dapat berjalan itu langsung mempopulerkan nama Jueriyah yang tercatat penduduk Blok II, Desa/Kecamatan Widasari, Kabupaten Indramayu. Nenek renta itu mendadak popular layaknya dukun cilik Ponarih dengan batu petirnya.
Semakin lama, jumlah penduduk yang datang terus bertambah banyak, akibatnya, rumah bernomor 23 terletak di RW.01 RT.02 itu kebanjiran manusia yang tertarik ingin membuktikan informasi berbau mistis itu.
Sejumlah orang yang berhasil mendapatkan air rendaman daun salam, punya harapan yang berbeda, tidak semuanya berharap air tersebut punya kekuatan sebagai obat alternatif, namun tidak sedikit yang menjadikan air tersebut untuk jimat khususnya bagi pedagang sayur-mayur, baik pedagang yang datang dari satu kecamatan setempat maupun pedagang sayur dari pasar Jatibarang yang jaraknya 30 kilo meter (km) dari rumah Jueriyah.
Makin banyak yang datang, tentu saja membuka keuntungan makin meruah bagi Jueriyah. Dan wanita renta itupun memetik keberuntungan dari hasil sedekah warga yang meminta air rendaman daun salam. Bahkan, beberapa jam berikutnya, toples yang sengaja disediakan di ruang tamu itu sudah penuh terisi uang kertas maupun uang logam dan uang itu mesti dipindah ke tempat lain agar toples tersebut dapat diisi kembali.
Alhasil, Jueriyah tertimpa hokki (keberuntungan) gara-gara beli seikat daun salam yang salah satu helai daunnya punya keganjilan. Menurut Jueriyah, temuan kontrofersinya itu tanpa diawali firasat apapun apalagi firasat yang aneh-aneh layaknya orang lain yang akan mendapatkan hokki.
Seperti biasanya, setiap pagi wanita renta itu belanja keperluan dapur di pasar Jatibarang. Diantara sayur-sayuran yang dibeli, Jueriyah tidak lupa beli seikat daun salam. Daun ini, bagi kalangan ibu rumah tangga, biasa digunakan sebagai pelengkap bumbu masakan agar muncul efek aroma dan rasa yang khas.
Setibanya di halaman rumah, sahelai daun salam itu mendadak jatuh ke kolong gerobak pedagang sayur yang sedang mangkal. "Karena sayang, daun itupun mau saya ambil. Eh, ternyata daun itu merayap menjauhi ujung jari tangan," kata Jueriyah.
Awalnya dia menduga gerakan helai daun salam itu akibat tersapu angin. Secara kebetulan, lokasinya berada di bahu jalan raya Lingkar Selatan (ring road) Widasari, dimana kendaraan umum tak pernah henti hilir mudik setiap detik. Didorong penasaran, Jueriyah berusaha mengejar. Untuk mengejarnya, Jueriyah terpaksa memutari gerobak dan saat itulah dia langsung tercengang.
Tanpa bantuan apapun, dia melihat gerigi berbentuk kaki tangkai daun tersebut bergerak secara berirama layaknya sedang berjalan sehingga helai daun itupun bergerak cukup cepat sampai akhirnya berhasil dipungut dan dimasukkan ke dalam toples. Di dalam toples itupun, dia kembali mencermati dan semakin jelaslah kalau helai daun salam itu memang sedang merayap mengelilingi dasar toples layaknya seekor belalang.
Berawal dari sinilah, tanpa dilakukan promosi, hanya informasi dari mulut ke mulut, hanya berselang beberapa jam saja, masyarakat berbondong-bondong datang dari berbagai penjuru desa bahkan dari luar kecamatan tertuju ke rumah sederhana milik Jueriyah.
Entah siapa yang memulai, diantara decakan kagum itu, mendadak banyak orang minta daun itu agar direndam ke dalam air, lalu pengunjungpun berebut mengambil air rendaman daun salam itu menggunakan botol bekas air mineral.
"Ya istilahnya kami hanya coba-coba saja, siapa tahu ada manfaatnya," kata Sarmana (40) sambil menutup botol plastik yang sudah diisi air rendaman daun salam.
"Biasanya, yang aneh-aneh itu punya berkah," kata Tarim (36) juga meminta air rendaman daun salam menggunakan jerigen kecil.
Sarmana mengaku anak bungsunya kini sakit keras dan sudah dibawa ke Puskesmas, namun belum mendapatkan kesembuhan. Dia berharap mendapat penyembuhan dari ikhtiar rendaman daun salam. Sebagai timbal baliknya, baik Sarmana dan warga lainnya memberi sedekah seikhlasnya ke dalam toples besar yang sengaja disediakan Jueriyah.
Kalaupun diyakini punya kharomah, kenyataannya sampai saat ini belum ada laporan resmi dari mereka yang sudah menggunakan air tersebut, apakah keluarganya sudah sembuh atau malah lebih parah penyakitnya.
Terlepas ada tidaknya kekuatan supranatural, realitanya, penduduk tidak mau perduli atau bahkan tidak berupaya memadukan keajaiban tersebut dengan logika atau akal sehatnya. Bagi mereka, dengan keterbatasan wawasan agama, mereka langsung meyakini, daun tersebut punya kekuatan di luar akal sehat. "Kalau tidak ada apa-apanya, lalu mengapa selembar daun salam dapat berjalan. Kami yakin, di dalamnya dihuni mahluk halus sebangsa jin," tegas Enjo (50).
Enjo berkeyakinan, jin tersebut sengaja memasuki rongga pada helai daun salam, semata-mata untuk menyebar berkah bagi manusia. Seperti halnya manusia, jin pun mendapat tugas dari Tuhan untuk beribadah, dan menebar berkah salah satu bentuk ibadahnya jin.
Komentar senada juga dilontarkan Ratinih (46) yang dihubungi di sekitar lokasi. Janda paruh baya yang kini tengah mengasuh anaknya yang sakit lumpuh itu, tidak perduli apapun pendapat orang. Karena selama ini banyak orang percaya terhadap kekuatan obat dokter ternama, kenyataannya, tidak mampu memulihkan kondisi anaknya. Sejak itu, Ratinih tidak mau lagi pilih-pilih dalam melakukan ikhtiar, karena siapa tahu, air rendaman daun salam itulah obat yang diberikan Allah untuk kesembuhan anaknya.
Booming daun salam ajaib mendapat tanggapan serius kalangan ulama Widasari, salah satunya Ustadz Ahmad Royani Kholil. Ahmad Royani Kholil yang kini mengasuh Pondok Pesantren Shalafiyah "Al Ma'shumy" Widasari berkeyakinan, hal tersebut bukan termasuk fenomena melainkan hanyalah peristiwa biasa. Cuma masyarakat melihatnya kurang teliti dan kurang seksama. Gerigi pada sisi kiri-kanan helai daun salam itu bukan kaki melainkan binatang kecil yang baru menetas.
"Secara naluri, binatang yang baru menetas akan berupaya untuk bergerak. Gerakan binatang inilah yang menyebabkan helai daun salam bergeser sehingga seakan-akan mampu berjalan," kata Ahmad Royani.
Yang mengkhawatirkan menurutnya, justru karena lemahnya iman, menyebabkan orang terjerumus pada perbuatan musyrik. Ahmad Royani berharap, pihak terkait agar secepatnya melakukan tindakan penyelamatan aqidah ummat Islam dari dampak peristiwa tersebut. Sebab, pihak terkait khususnya yang terkait langsung dengan dakwah dan bagian urusan keagamaan punya hak untuk melakukan semacam tes terhadap daun yang sudah dianggap keramat oleh masyarakat.
"Pihak terkait tidak bisa hanya menjadi penonton, ketika ummat Islam dihadapkan pada kondisi yang rumit ini. Secara hukum agama, aparat yang diam sama saja sama dengan membiarkan jalan musyrik dan dosanya sama dengan pelaku musyrik itu sendiri," tegas Ahmad Royani.
Apa pendapat pakar supranatural terkait peristiwa sangat langka dan ajaib itu? Ustadz Dasman Zulkarnaen (40) salah seorang pakar supranaturalis penduduk Blok Indahsari, Desa/Kecamatan Widasari menuturkan, atas inisiatifnya sendiri dia melakukan terawangan (deteksi gaib), dan ternyata hasilnya negatif.
"Tidak ada unsur-unsur gaib apapun pada daun salam yang menghebohkan itu. Hanya saja kami tidak bisa menjelaskannya secara ilmiah," kata Dasman Zulkarnaen.
Menurut Dasman Zulkarnaen, supranatural atau alam gaib tidak semudah itu dalam penampakkan diri. Laki-laki beranak dua yang sudah malang melintang di dunia maya itu, mengaku sudah tidak asing lagi dengan tingkah bangsa jin dalam upaya membelokkan akidah ummat manusia. "Namun prosesnya tidak sesederhana itu. Dalam arti, jin akan membuat ulah di depan manusia dengan cara menghuni pohon besar," urai Dasman Zulkarnaen.
Diuraikan lebih panjang, biasanya, pada saat-saat tertentu, manusia tanpa sengaja menyaksikan penampakkan sesuatu kejadian aneh di sekitar pohon besar itu. Lambat laun, orang yang lemah imannya melakukan pemujaan atau meminta berkah kepada penghuni pohon besar itu. Dengan demikian, sulit dipercaya ada jin yang menempati rongga sehelai daun salam, meskipun bagi mahluk halus sebangsa jin hal itu bisa saja dilakukan.
Sama halnya Ratinih dan lainnya, Jueriyah pun tidak mau memperdulikan apa pendapat orang tentang daun salam ajaib itu. Yang pasti, dia sudah mendapatkan anugerah atas keajaiban daun salam miliknya. Meskipun tidak sedahsyat dukun cilik Ponarih, kini Jueriyah sudah bisa menikmati uang pemberian penduduk yang datang ke rumahnya.
Anugerah itupun, menurut keyakinannya sebagai wujud dari istiqomahnya dia menjalankan ziarah ke tempat keramat. Selama bertahun-tahun Jueriyah menjalani kegiatan religi ziarah ke makam Abah Anom di daerah Suryalaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. "Setiap datang ke makam keramat Abah Anom, saya selalu berdoa supaya mendapatkan berkah dan kelancaran rezeki. Barangkali inilah jawaban Allah atas doa saya selama ini," kata Jueriyah.
Jika rezeki yang diterimanya nanti ada lebihannya, dia berniat tidak akan dihabiskannya sendiri, melainkan sebagian rezeki itu akan dibelanjakan untuk memakmurkan sarana ibadah. Dia yang selama ini hidup dalam kubang kemiskinan, juga berniat akan membantu meringankan penderitaan orang lain yang punya nasib sama dengan dirinya.
Sayangnya harapan itu sulit terwujud, pasalnya, selang sehari berikutnya, ketika ruang tamu dan halaman rumahnya sudah dipadati pengunjung, salah seorang diantara mereka, tiba-tiba menggeram layaknya sedang kesurupan atau seseorang sedang menahan murka. Kejadiannya sangat cepat dan tidak dapat dicegah, laki-laki tersebut merebut toples berisi daun salam ajaib itu. Tutupnya dibuka lalu daun salam itu dia pungut. Daun tersebut diletakkan di atas lantai ubin lantas diinjak-injaknya penuh nafsu sampai hancur.
Selesai melakukan aksinya, laki-laki yang identitasnya tidak diketahui itupun seakan tanpa merasa bersalah langsung ngeloyor pergi meninggalkan kerumunan orang lalu naik angkutan umum menuju ke arah Jakarta. Siapakah laki-laki tersebut? Tak ada seorangpun yang tahu, sama misteriusnya dengan keberadaan daun salam itu sendiri.***